Dampak Pariwisata Bahari Terhadap Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Nusa Penida, Bali
Abstract
Wilayah Perairan Nusa Penida memiliki luas 20.057 ha dengan tingkat keanekaragaman hayati pesisir dan laut yang tinggi serta merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat terutama dari perikanan dan pariwisata bahari. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang cukup potensial serta memiliki keindahan alam yang unik sehingga menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung. Namun sekarang menghadapi beberapa ancaman yang cukup serius. Selain kerusakan alami, kerusakan ekosistem terumbu karang juga disebabkan akibat adanya aktivitas manusia. Pengambilan data telah dilakukan pada bulan November 2017. Penelitian bertujuan untuk mengkaji dampak pariwisata bahari terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang: menganalisis luasan tutupan terumbu karang, kelimpahan dan biomas ikan. Metode penelitian observasi lapangan dilanjutkan wawancara dengan responden melalui Focus Group Discussion. Data lain yang dikumpulkan diperoleh dengan studi pustaka, dan dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) kawasan konservasi, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisi dan Laut (BPSPL). Pariwisata bahari di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida berdampak pada penurunan luasan tutupan karang keras sebesar 4,0%. Demikian juga persentase penutupan karang hidup relatif mengalami penurunan sebesar 2,7%. Namun kepadatan rata-rata ikan karang per hektar mengalami peningkatan dari 1253,6 menjadi 2813,7 individu.ha-1, demikian juga biomasnya rata-rata mengalami peningkatan dari 347,2 kg.ha-1 menjadi 468,1 kg.ha-1.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Allen, Gerald R. dan Mark V. Erdmann. 2009. “Reef fish of Nusa Penida, Indonesia. Final Report to Conservation International.â€
Ardarini, F. 2002. “Kajian Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kondisi Ekosistem Terumbu Karang dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Nusa Penida Bali [Thesis].†Institut Pertanian Bogor.
Bato, Marjan, Fredinan Yulianda, dan Achmad Fahruddin. 2013. “Kajian manfaat kawasan konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari: Studi kasus di kawasan konservasi perairan Nusa Penida, Bali.†DEPIK Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan 2(2).
BPS. 2012. “Nusa Penida dalam Angka.â€
Collins, John H. 2008. “Marine tourism in the Kimberley region of Western Australia.†Geographical Research 46(1):111–23.
CTC. 2011. “Laporan monitoring kesehatan karang di KKP Nusa Penida.â€
Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Dean, A. dan D. Kleine. 2012. “Terumbu Karang dan Perubahan Iklim.†University of Queensland, Australia.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan (Edisi Revisi). Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.
Fandeli, Chafid. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada.
Langga, Adi Nexon Tomyan. 2010. “Kajian Sumberdaya Terumbu Karang untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Perairan Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.†Jurnal Lanskap Indonesia 4(1).
Marsaoli, M. 1998. “Hubungan Persentase Penutupan Karang Hidup dengan Densitas Beberapa Jenis Ikan Karang di Perairan Kepulauan Karimunjawa, Jepara [Tesis].†Institut Pertanian Bogor.
Mohan, Giles dan Kristian Stokke. 2000. “Participatory development and empowerment: the dangers of localism.†Third world quarterly 21(2):247–68.
Nybakken, J. W. 1997. Marine Biology. Jakarta (ID): Gramedia.
Pemerintah Daerah Klungkung. 2010. “Profil Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Kabupaten Klungkung- Provinsi Bali.â€
Russ, Garry R. 1991. “Coral Reef Fisheries: Effects and Yields.†Hal. 601–35 in The Ecology of Fishes on Coral Reefs. Elsevier.
Schleyer, Michael H. dan Bruce J. Tomalin. 2000. “Damage on South African coral reefs and an assessment of their sustainable diving capacity using a fisheries approach.†Bulletin of Marine Science 67(3):1025–42.
Undang-Undang No 23. 2014. Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah. Indonesia.
Zakai, David dan Nanette E. Chadwick-Furman. 2002. “Impacts of intensive recreational diving on reef corals at Eilat, northern Red Sea.†Biological Conservation 105(2):179–87.
Refbacks
- There are currently no refbacks.